Lihat banyak saudara-saudara kita kaum muslimin yang memotong jenggot, menampakan aurat, wanitanya menampakan rambutnya, dengkulnya bahkan pahanya padahal mereka muslim. Maka dari ciri-ciri ini kita bisa mengambil sikap untuk waspada bukan untuk men-ta’yin (memvonis perorangan/orangnya); –Oh dia ini berarti ahlul bida-. JANGAN SALAH FAHAM! BEDAKAN AHLUL BIDA DENGAN PELAKU BIDA!
Karena sebagaimana tidak boleh memastikan seseorang itu kafir begitu juga walaupun ini lebih ringan akan tetapi tetap TIDAK BOLEH MEMASTIKAN SESEORANG ITU AHLUL BIDA -JANGAN!-. Lihat saudara-saudara kita di kiri-kanan kita yang melakukan berbagai macam bi’dah, bolehkah kita katakan mereka ahlul bida? Bolehkah? -TIDAK BOLEH!-.
Sedikit yang bisa dipastikan sebagai ahlul bida, dalam sejarah bisa di hitung seperti Ja’ad bin Dirham, Jahm bin Ṣafwan, Bisyr al-Marisi, Ma’bad Al Juhani, dll sedangkan pelaku bid’ah itu jutaan yang cuma ikut-ikutan. Seandainya mereka hidup di negeri sunnah, di lingkungan ulama sunnah tentu mereka akan ikut-ikutan sunnah.
Tahukah kita di Saudi ada orang awam atau tidak? -Banyak-. Banyak orang-orang awam yang tidak menuntut ilmu seperti kita, ngaji seminggu dua kali, tiga kali, bahkan hampir setiap hari ngaji -tholabatul ilm-. Apakah di Saudi semuanya penuntut ilmu? -Tidak.- Mereka awam, cari duit, berdagang, tapi karena lingkungannya tidak ada yang tahlilan, mauludan maka terbawa oleh lingkungan padahal sama-sama orang awam, coba mereka hidup di negeri yang penuh dengan bid’ah maka akan ikut-ikutan.
Maka ini yang disebut Ali -radhiyallahu ‘anhu- bahwa ada tiga tingkatan manusia dalam hal ilmu yaitu;
- Alim Rabbani; Mereka adalah para ulama yang dengan keilmuanya mengajarkan dan membimbing kaum muslimin kepada sunnah, kepada manhaj yang haq seperti Syaikh Utsaimin, Syaikh Al-Bani, Syaikh Bin Baz, mudah-mudahan hari ini mereka adalah Syaikh Ali Hasan, Syaikh Musa Nashr, Syaikh Masyhur Hasan Salman dst; -Tentu ini bukan saya, bukan antum.-
- Penuntut Ilmu di Atas Jalan Keselamatan; -Mudah-mudahan kita masuk disini-. Kita bukan ulama tapi setidaknya kita punya benteng atau pegangan apabila ada kebathilan yang ada di depan kita dan bisa mengatakan “Saya tidak ikut-ikutan”.
- Orang Awam (Hamajun Ra-a’); Ini yang tidak tau apa-apa, orang jahil, orang awam dan ini banyak di negeri kaum muslimin dari dulu sampai hari ini kecuali di zaman Sahabat dan Tabiin. Saat ini mayoritas kaum muslimin adalah Hamajun Ra’a -orang awam yang tidak tahu apa-apa- yang mengikuti setiap penyeru. Seandainya mereka bertemu dengan tokoh Khawarij mereka jadi khawarij, seandainya mereka bertemu Jahmiyyah mereka akan jadi Jahmiyyah, seandainya mereka bertemu dengan Salaf mereka akan jadi Salaf. Maka semoga kita tidak menjadi tingkatan manusia yang ketiga dalam hal ilmu.
Saya kira kita semua mempunyai saudara pelaku bid’ah, maka kita jangan melihat tetangga kita, saudara kita, orangtua kita, paman, bibi kita yang saat ini suka yasinan, tahlilan, mauludan dan bid’ah lainnya itu mereka sebagai ahlul bida, mereka cuma pelaku bida.
Karena ahlul bida itu adalah tokohnya yang berilmu bahkan hafal ribuan hadits tapi ilmunya itu untuk membela bid’ah dan pendapatnya sendiri, barangkali kalau disebutkan salah satu contoh di negeri kita ini yaitu si Ulil Abshar yang menyebarkan kesesatan bahwa semua agama sama, tidak percaya tuhan dan kesesatan-kesesatan lainnya; -yang seperti ini harus kita jauhi sejauh-jauhnya, kita tutup mata dan telinga kita rapat-rapat agar tidak terkena syubhatnya.-
Maka mereka yang cuma sebagai pelaku bida harus kita rangkul, dakwahi dan doakan agar Allah memberikan mereka hidayah sunnah, menjauhi dan meninggalkan perbuatan syirik dan bid’ah supaya menggigit sunnah Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dengan gigi geraham.
– Catatan faedah dari penjelasan Ustadz Muhtarom حفظه الله تعالى