Seorang pelajar ilmiyyah yang tidak melakukan pembahasan ilmiyyah, bahkan hampir tidak pernah melakukan pembahasan sama sekali maka seolah olah dirinya bukanlah pelajar ilmiyyah.
Padahal ada hal yang sangat membedakan dirinya dengan umumnya kaum muslimin lain, yaitu dirinya telah memiliki ILMU ILMU ALAT sebagai wasilah untuk mengadakan pembahasan ilmiyyah. Tapi ia malah tidak menggunakannya untuk mengadakan pembahasan ilmiyyah di setiap permasalahan yang ada mulai dari aqidah hingga ahkam nya dan waqi’nya. Atau memang sebenarnya tidak adanya kemampuan pada diri mereka untuk menggunakan ILMU ALAT itu pada praktek pembahasan yang sesungguhnya. Sehingga keluarlah dari lisan dan tulisan mereka yang pada hakikatnya hanyalah untuk menutupi keadaan lemah(lemah ilmiyyah untuk membahas) yang ada pada mereka itu, yaitu perkataan: “jangan terlalu keras dalam perkara yang ikhtilaf…atau harusnya kita mengedepankan adab dan akhlak (tetapi adab dan akhlak menurut perasaan, atau kebiasaan kaum atau sukunya. Bukan tolok ukurnya adab dan akhlak Islam dan Sunnah) dalam menyikapi khilaf…atau jangan taqlid kepada fulan sedangkan ini kan khilaf…dan….dan ….dan sejuta perkataan yang intinya bukan jawaban yang berdasarkan pembahasan ilmiyyah. Wal hal mereka pelajar??
Ket: Mempelajari disiplin ilmu atau ilmu alat dalam Islam sangat penuh dengan susah payah dan melelahkan fikiran fisik dan hati.
TETAPI Mengadakan pembahasan ilmiyyah sesuai dengan qawaa’id ilmiyyah lebih susah payah dan lebih melelahkan lagi.
Maka pelajar ilmiyyah yang sejati adalah yang sanggup mengerjakan tidak hanya yang pertama tetapi juga yang kedua. Dan ini jumlahnya sedikit dari yang paling sedikit…
Wallahu ‘alam.
– Ditulis oleh akhuna Eko Abu Dihyah