Terrr…Nyaa…Taa…!!!!!!

Syaikh ‘Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani -hafizhahullaah- berkata:

“Betapa banyak orang-orang yang membicarakan tentang jihad secara panjang lebar, kemudian tiba-tiba mereka menjadi lemah di hadapan orang yang mereka anggap akan berjihad melawannya; dengan hanya dikarenakan sedikit tekanan atau guncangan. Dan kebanyakan orang yang berceloteh tentang masalah politik kontemporer: mereka termasuk dalam jenis pengecut ini. Oleh karena itulah para ahli makar dari kalangan sekuler: dengan mudahnya mencairkan orang-orang semacam ini dan membentuknya dengan pengawasan mereka (orang-orang sekuler tersebut).

Abu Nu’aim meriwayatkan (IV/16), dari anaknya Thawus, dia berkata:

“Saya terus menerus berkata kepada bapakku: “Harusnya dilakukan pemberontakan melawan penguasa ini. Dan harusnya dia diberikan hukuman.”

Maka pada suatu hari kami keluar untuk menunaikan ibadah Haji, dan kami pun singgah di sebuah desa; yang di situ ada seorang pejabat yang merupakan bawahan dari Muhammad bin Yusuf atau Ayyub bin Yahya, yang disebut: Abu Najih, dan dia termasuk pejabat yang paling buruk.

Maka kami menghadiri Shalat Subuh di masjid, dan ternyata Abu Najih (pejabat tersebut) telah diberi tahu tentang kedatangan bapakku. Maka pejabat ini duduk di hadapan bapakku, dan mengucapkan salam; ternyata bapakku tidak menjawab. Lalu pejabat itu mengajaknya bicara; akan tetapi bapakku berpaling. Kemudian pejabat itu berpindah ke sisi lainnya (untuk menghadap ke arah bapakku); akan tetapi bapakku kembali berpaling.

Tatkala aku melihat kejadian ini; maka aku segera berdiri menuju pejabat tersebut untuk menjabat tangannya, dan bertanya-tanya kepadanya (berbasa-basi). Dan aku berkata padanya: “Sungguh, Abu ‘Abdirrahman (yaitu: Thawus) tidak mengenal anda.” Akan tetapi pejabat itu mengatakan: “Justru karena dia mengenalku; maka dia bersikap demikian.”

Maka pejabat itu pun pergi, dan bapakku diam saja tidak mengatakan apapun kepadaku. Maka tatkala aku hendak masuk rumah; bapakku berpaling kepadaku dan mengatakan: “Hei anak dungu! Bukannya tadinya kamu ingin memberontak melawan mereka dengan pedangmu?! Ternyata (setelah bertemu langsung) kamu tidak bisa menahan ucapanmu?!”

Yakni: Engkau tadinya berniat memberontak melawannya, akan tetapi tatkala dia berada di hadapanmu; lisanmu tidak bisa diam untuk memuji dan menyanjungnya!”

[“Tamyiiz Dzawil Fithan Baina Syarafil Jihaad Wa Sarafil Fitan” (Orang Cerdas (Bisa) Membedakan Antara Kemuliaan Jihad Dengan Kekeliruan Fitnah/Kejelekkan) (hlm. 40-41)]

– Diterjemahkan oleh Ustadz Ahmad Hendrix حفظه الله تعالى

Leave a Reply

Your email address will not be published.