Cukup Nyontek Saja, Jangan Ngarang Sendiri

Cukup Nyontek Saja, Jangan Ngarang Sendiri

Tidak mungkin orang bisa mensifati Allah dengan sesuai dengan kebesaran Allah, tidak mungkin. Anda buat kalimat, saya buat kalimat, si A, si B, si C buat kalimat, para pujangga buat kalimat untuk memuji-muji Allah, membesarkan Allah, sanggup? Tidak sanggup.

Tidak akan sanggup mensifati Allah dengan sesuai dengan kebesaran-Nya, tidak mungkin. Mungkin sekedar dugaan saja iya. Maka dari sini para pujangga, para penyair tidak usah mengarang kata-kata, tidak usah membuat-buat kalimat, cukup nyontek saja, menirukan saja.

Kalau ingin memuji Allah dengan pujian yang tepat tidak usah pakai mikir, cukup nyontek, meniru. Bertebaran di ayat-ayat Al-Quran, bertebaran di hadits-hadits Nabi pujian-pujian pada Allah, ikuti saja. Maka para penyair, para pujangga, sebagian tokoh terkecoh, tertipu, mereka membuat pujian-pujian kepada Allah mengubah sendiri, mengarang sendiri. Sanggupkah sesuai dengan kebesaran Allah? Tidak sanggup, tidak mungkin.

Lihat para Nabi para Rasul untuk memuji Allah mereka diajari oleh Allah, bahkan Nabi Adam untuk memohon ampun kepada Allah diajari oleh Allah begini caranya, padahal mohon ampun mestinya kalimat kita sendiri seperti “Mohon ampun..” tapi kalau mohon ampun kepada Allah, ikuti kalimat Allah, jangan ngarang sendiri.

Maka jika ada doa-doa yang warid dari Nabi jangan dirubah, jangan dikarang sendiri, ikuti apa kata Nabi, ikuti pujian-pujian yang keluar dari lisan Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam, itu yang terbaik, kecuali yang tidak ada dari Nabi, contoh: “Ya Allah semoga anakku lulus ujian”, “Ya Allah mudah-mudahan saya menang tender tanpa suap” maka ini tentu tidak ada dari Nabi, tidak ada dari Nabi doa menang tender, yang seperti ini boleh kita mengarang sendiri tapi apa yang dicontohkan oleh Nabi jangan dirubah, jangan mencari kalimat lain.

Seperti contoh doa minta petunjuk, ketaqwaan dan kecukupan berikut ini,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk, ketakwaan,
diri yang terjaga dan kecukupan kepada-Mu.” (HR. Muslim, no. 6842)

Ikuti saja doa diatas baik dari kata, kalimat maupun urutannya satu persatu jangan dibolak-balik dan mulailah dengan apa yang dimulai oleh Allah dan Rasul-Nya, yang pertama huda (petunjuk), yang kedua taqwa (ketakwaan) yang ketiga ghina (dicukupkan oleh Allah) jangan dibolak-balik karena apapun yang datang dari Allah dan Rasul-Nya itu yang terbaik.

Wallahu ‘alam bisshowab.

– Catatan faedah dari kajian kitab Ar-Risalah oleh Ustadz Muhtarom حفظه الله تعالى

Leave a Reply

Your email address will not be published.