Sesungguhnya salah satu syarat ibadah yang diterima adalah hadirnya keikhlasan, memurnikan niat hanya untuk Allah, maka berikut ini adalah cara untuk memurnikan niat dalam mencari ilmu:
Pertama, kamu meniatkannya sebagai bentuk penunaian perintah Allah karena Allah -Subhanahu wa ta’ala- memerintahkan hal itu.
“Ketauhilah bahwasannya tiada Ilah kecuali Allah, dan mohonlah ampun astas dosa-dosamu.”
Allah telah mendorong umat-Nya untuk mencari ilmu, dan jika Allah menganjurkan terhadap sesuatu, maka sesuatu itu pasti dicintai dan diridhai serta diperintahkan-Nya.
Kedua, kamu niatkan untuk melestarikan syariat Allah, karena melestarikan syariat Allah akan terlaksana dengan mempelajarinya, menghafalnya di dalam hati, demikian pula dengan menulis buku-buku mengenainya.
Ketiga, kamu niatkan untuk menjaga dan membela syariat. Karena, jika tidak ada kelompok ulama, niscaya syariat tidak akan terjaga dan tidak memiliki pembela. Karena itulah, kita bisa melihat Ibnu Taimiyyah[1] dan ulama-ulama lain mereka memperoleh kedudukan yang mulia, karena mereka gigih berperang melwan ahli bid’ah dan menjelaskan kebatilan-kebatilan mereka.
Keempat, kamu niatkan untuk mengikuti syariat Nabi Muhammad -Shalallahu’alaihi wa sallam- karena kamu tidak mungkin mengikuti syariatnya tanpa mengetahui syariat ini. Dan semua ini terangkum dalam perkataan kami sebelumnya: yaitu wajib memurnikan niat hanya untuk Allah dalam mencari ilmu.
Sumber: Al-Allamah Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin, Syarah Hilyah Thalibil Ilmi, Terj. Nurdin, Lc, (Jakarta, Akbar Media, 2013), hal. 15-16.
_______
Footnote
[1] Ibnu Taimiyyah adalah Syaikhul Islam Taqiyuddin Abu al-Abbas, Ahmad bin Syaikh al-Imam al-‘Allamah Syihabuddin Abdul Halim bin Imam Majduddin Abi al-Barakat Abdussalam bin Abi Muhammad bin Abdullah bin Abi Qasim Khadr bin Muhammad bin Khadr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyyah al-Harrani. Taimiyyah adalah keluarga terpandang, keluarga penasihat. Karena itu, beliau dinisbatkan kepadanya. Ibnu Taimiyyah dilahrikan di Harran pada hari Senin, tanggal 10 atau 12 Rabiul Awwal 661 H.